Kekuatan seseorang belum lengkap jika belum mendapatkan ajian kedigdayaan. Ajian ini bisa diamalkan siapa saja dan cara ritualnya cukup mudah. Simpel dan tidak membutuhkan persyaratan yang rumit, neko-neko. Misalkan, ajian Lembu Sekilan yang bisa didapat hanya dengan laku puasa dan lafalan mantera. Bagaimana proses lakunya?
Ajian Lembu Sekilan sudah tidak asing di telinga masyarakat awam. Hampir semua lapisan mengenal, atau paling tidak pernah mendengar nama dan kehandalan ajian kedigdayaan ini. Ajian ini sudah ada dan dikenal masyarakat luas sejak jaman kerajaan. Para Temenggung dan Punggawa kerajaan biasa menggunakan ajian ini untuk mengatasi musuh-musuhnya.
Hanya dengan membuka sawab ajian, musuh yang menghadang tidak lebih dari sekilan jari tangan bakal dibuat jatuh terpental. Tubuh pelaku tidak ubahnya kebal, tidak bisa disentuh pukulan, bahkan senjata tajam sekalipun. Musuh yang menyerang bakal tumbang berkubang. Terlebih lagi, jika musuh menyerang dengan sepenuh emosi.
Esensi ajian ini tidak ubahnya sawab ‘air bah’ yang menghanyutkan, di samping meredamkan amarah. Ketika emosi musuh meledak-ledak niscaya ajian ini bereaksi sebagai menetralisirnya. Akan menolak energi emosi yang datang dengan cara mementalkannya. Menurut ukuran kekuatan ajian ini, daya pental musuh tergantung pada energi yang dikeluarkan pelaku maupun musuhnya.
Artinya, semakin kuat energi yang dikeluarkan untuk menghalau musuh, semakin jauh musuh dibuat terpental. Begitu pula, semakin kuat energi emosi yang dikeluarkan musuh, maka jarak jatuhnya pun semakin jauh dan dasyat. Namun, ajian ini tidak semestinya dipergunakan dalam hal-hal yang tidak seharusnya dibutuhkan.
Para ahli supranatural telah membuktikan keampuhan Lembu Sekilan tatkala orang yang menyimpan energi ajian ini tengah terdesak. Tengah tidak punya kekuatan lebih untuk menghalau musuh. Mendadak energi yang tersimpan mengumpal menjadi energi tinggi ketika mantera ajian ini dibaca. Musuh yang tidak dikehendaki dengan mudah dilumpuhkan.
Laku Lembu Sekilan siapa saja bisa menjalankan tanpa mengalami kesulitan. Tinggal butuh kesabaran dan ketabahan selama menjalani laku. Adapun mantera Lembu Sekilan yang harus dibaca si pelaku sebagai berikut;
“Ingsun amatek ajiku si lembu sekilan. Rassulku lungguh, brahim nginep babahan. Kep kerekep barukut kinemulan wesi kuning. Wesi mekangkang sacengkang sakilan sedempu. Sakehing braja tan ana nedhasi bedil pepet mariyam buntu. Tan tumomo kersaning Allah”.
Itu pun masih ditunjang dengan laku persyaratan dan puasa. Ditambah ketika sudah menguasai ajian ini ada beberapa pantangan yang harus dihindari. Sementara urutan lakunya, selama 40 hari pelaku menjalani ritual dengan hanya makan dedaunan yang dikukus dan bumbunya hanya garam. Dengan laku minum hanya menggunakan air dari dalam kendi (tanah liat, red).
Kalau sudah 40 hari pelaku ritual harus melanjutkan dengan puasa ngelowong selama 3 hari 3 malam. Itu pun waktunya harus tepat pada hari Kamis Wage. Supaya ajian mudah merasuk selama menjalankan laku perlu ditunjang suasana batin penuh kelapangan dan kerendahan diri (tirakat). Cukup dengan laku itu.
Selajutnya, mantera ajian dibaca setiap akan berperang terutama ketika tengah menghadapi marabahaya. Di samping itu sirikan yang harus dihindari; memanggil sapi, menirukan suara sapi dan makan daging sapi. Tentang kehebatan kedua aji kekebalan tersebut sudah tentu sangat ampuh jika memang diamalkan dan dilakoni dengan benar. Hanya saja, jangan coba-coba mengetesnya jika masih ragu-ragu dalam menjalankan ritualnya. Atau lebih afdolnya silahkan meminta bimbingan pada para ahli laku atau spiritualis.
Hanya dengan membuka sawab ajian, musuh yang menghadang tidak lebih dari sekilan jari tangan bakal dibuat jatuh terpental. Tubuh pelaku tidak ubahnya kebal, tidak bisa disentuh pukulan, bahkan senjata tajam sekalipun. Musuh yang menyerang bakal tumbang berkubang. Terlebih lagi, jika musuh menyerang dengan sepenuh emosi.
Esensi ajian ini tidak ubahnya sawab ‘air bah’ yang menghanyutkan, di samping meredamkan amarah. Ketika emosi musuh meledak-ledak niscaya ajian ini bereaksi sebagai menetralisirnya. Akan menolak energi emosi yang datang dengan cara mementalkannya. Menurut ukuran kekuatan ajian ini, daya pental musuh tergantung pada energi yang dikeluarkan pelaku maupun musuhnya.
Artinya, semakin kuat energi yang dikeluarkan untuk menghalau musuh, semakin jauh musuh dibuat terpental. Begitu pula, semakin kuat energi emosi yang dikeluarkan musuh, maka jarak jatuhnya pun semakin jauh dan dasyat. Namun, ajian ini tidak semestinya dipergunakan dalam hal-hal yang tidak seharusnya dibutuhkan.
Para ahli supranatural telah membuktikan keampuhan Lembu Sekilan tatkala orang yang menyimpan energi ajian ini tengah terdesak. Tengah tidak punya kekuatan lebih untuk menghalau musuh. Mendadak energi yang tersimpan mengumpal menjadi energi tinggi ketika mantera ajian ini dibaca. Musuh yang tidak dikehendaki dengan mudah dilumpuhkan.
Laku Lembu Sekilan siapa saja bisa menjalankan tanpa mengalami kesulitan. Tinggal butuh kesabaran dan ketabahan selama menjalani laku. Adapun mantera Lembu Sekilan yang harus dibaca si pelaku sebagai berikut;
“Ingsun amatek ajiku si lembu sekilan. Rassulku lungguh, brahim nginep babahan. Kep kerekep barukut kinemulan wesi kuning. Wesi mekangkang sacengkang sakilan sedempu. Sakehing braja tan ana nedhasi bedil pepet mariyam buntu. Tan tumomo kersaning Allah”.
Itu pun masih ditunjang dengan laku persyaratan dan puasa. Ditambah ketika sudah menguasai ajian ini ada beberapa pantangan yang harus dihindari. Sementara urutan lakunya, selama 40 hari pelaku menjalani ritual dengan hanya makan dedaunan yang dikukus dan bumbunya hanya garam. Dengan laku minum hanya menggunakan air dari dalam kendi (tanah liat, red).
Kalau sudah 40 hari pelaku ritual harus melanjutkan dengan puasa ngelowong selama 3 hari 3 malam. Itu pun waktunya harus tepat pada hari Kamis Wage. Supaya ajian mudah merasuk selama menjalankan laku perlu ditunjang suasana batin penuh kelapangan dan kerendahan diri (tirakat). Cukup dengan laku itu.
Selajutnya, mantera ajian dibaca setiap akan berperang terutama ketika tengah menghadapi marabahaya. Di samping itu sirikan yang harus dihindari; memanggil sapi, menirukan suara sapi dan makan daging sapi. Tentang kehebatan kedua aji kekebalan tersebut sudah tentu sangat ampuh jika memang diamalkan dan dilakoni dengan benar. Hanya saja, jangan coba-coba mengetesnya jika masih ragu-ragu dalam menjalankan ritualnya. Atau lebih afdolnya silahkan meminta bimbingan pada para ahli laku atau spiritualis.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar anda sangat berarti bagi blog ini